AspekAspek Tanggapan Terhadap Isi Berita Dilengkapi Contoh Tanggapan 2019 1. Saya setuju dengan pendapat yang disampaikan oleh Bapak Wali kota tentang kegiatan gotong royong harus tetap kita 2. Isi berita yang saya lihat di televisi sangat jelas, Bahkan lebih lengkap dari berita yang saya baca Tanggapan Telah kita ketahui bersama, bahwa pandemi yang sedang kita hadapi ini membuat kita kesulitan dari berbagai aspek, salah satunya aspek perekonomian. Perekonomian di Indonesia sedang menurun, karena ada pembatasan aktifitas dari pemerintah untuk menurunkan angka Covid-19. Aspekaspek tanggapan terhadap berita. Tanggapan terhadap isi berita dapat berupa kritik , saran, sanggahan, dukungan, atau komentar. Tanggapan adalah ulasan atau komentar atas berita, pidato, laporan, dan sebagainya. Dikutip dari laman resmi badan pusat statistik, pada tahun 2019, aspek kebebasan sipil indonesia sebesar 77,20, kemudian Berdasarkanpengamatan, ternyata ketegangan emosi pada seseorang dapat mengganggu kerja dan keterampilan motoriknya. Terhadap aspek mental tampaknya perkembangan sosial emosional juga berpengaruh kuat. Kekurangan atau keterlambatan dalam perkembangan sosial emosional akan mempengaruhi arah dan kondisi perkembangan mental anak, juga sebaliknya Aspekyang dapat ditanggapi dari sebuah berita bisa berkenaan dengan isi berita dan juga unsur kebahasaannya. Pilihan jawaban A, C, dan D merupakan tanggapan yang berkaitan dengan isi dan struktur berita, sedangkan pilihan jawaban B merupakan tanggapan yang berkaitan dengan aspek kebahasaan berita. Jadi, jawaban yang tepat adalah B. nWINv. 5 Perkembangan Telekomunikasi dan Informasi 3. Menanggapi Isi Berita Tanggapan adalah ulasan atau komentar atas berita, pidato, laporan, dan sebagainya. Tanggapan terhadap berita dapat diberikan pada seluruh aspek berita, seperti isi, unsur berita, bahasa, gaya penulisan berita, dan sebagainya. Sebelum menanggapi berita, kita harus memahami berita tersebut. Setelah itu, baru kita lakukan analisis secara mendalam terhadap seluruh aspeknya. Dalam memberikan tanggapan terhadap suatu berita atau laporan diperlukan pemahaman tiga aspek penting dari tulisan tersebut. Tiga aspek dalam tulisan tersebut adalah aspek tulisanejaan, aspek substansiisi, dan aspek penyajian berita. Bahasa yang digunakan dalam penulisan berita hendaknya menggunakan ragam bahasa standar. Bahasa standar mempunyai ciri-ciri cendekia, luwes, dinamis, efektif, dan enak dibaca, tetapi tetap berpedoman pada kaidah bahasa yang berlaku. Berdasarkan catatan dalam format dan Anda dapat memberikan tanggapan terhadap berita yang didengarkan, baik tanggapan yang setuju mapun yang menolak. Untuk itu, sampaikan tanggapan Anda secara lisan kepada ayah, ibu, kakak, atau teman yang membacakan teks tadi B. Menanggapi Isi Pembicaraan dalam Diskusi Tujuan Pembelajaran Anda diharapkan mampu mencatat pembicara dan pokok-pokok yang dibicarakan, mengajukan pertanyaan, menyetujui dan menolak pendapat, serta mengajukan argumentasi. 1. Mencatat Siapa dan Apa yang Dibicarakan dalam Diskusi Kemampuan berkomunikasi seseorang tidak tumbuh dengan sendirinya. Komunikasi seseorang akan baik dan terlatih apabila sering berkomunikasi dalam berbagai peristiwa dan beraneka ragam pendengarnya. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa secara nyata. Kegiatan ini dapat ber- langsung dengan bercakap-cakap, tanya jawab, berdialog, berpidato, dan berdiskusiseminar. Seseorang agar memiliki keterampilan berbicara secara baik dan benar dalam forum-forum diskusiseminar, maka dia harus menguasai hal-hal berikut ini. a. Penguasaan masalah. b. Penguasaan lafal dan intonasi. c. Pengenalan situasi. d. Keberanian berbicara. e. Penguasaan bahasakekayaan kosakata dan gaya penyampaiannya f. Sering latihankebiasaan. 6 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa Tujuan berbicara dalam forum apa pun tentulah didorong oleh keinginan untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada siapa yang diajak berbicara. Dalam diskusiseminar ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, mengingat diskusi itu merupakan suatu forum musyawarah untuk memufakati suatu masalah yang dihadapi bersama-sama. Pihak-pihak yang terlibat dalam diskusi. a. Moderator Seorang anggota diskusiseminar yang ditunjuk oleh panitia seminardiskusi untuk memimpin jalannya diskusi sampai selesai. b. Notulen Seorang anggota seminar yang ditunjuk oleh panitia dan moderator sebagai pencatat dan perekam dalam proses jalannya seminardiskusi. c. Pembicara Seorang ahli atau pakar yang dimintai oleh panitia untuk menjadi pembicara atau memberikan materi dalam diskusiseminar tersebut. d. Peserta Anggota seminar yang mengikuti seminardiskusi dan mendaftar secara langsung ataupun hanya sebagai partisipan. Kewajiban-kewajiban peserta diskusiseminar. a. Berkemampuan mengusahakan terselenggarakannya diskusi secara lancar dan tertib. b. Sabar, adil, dan tidak memihak. c. Mematuhi dan menjalankan peraturan diskusi yang telah dibuatditetapkan. d. Bersama-sama anggotasekretaris menyusun kesimpulan diskusi dan mengumumkannya. e. Menguasai pokok-pokok masalah yang didiskusikan. Hak peserta diskusi. a. Mematuhi aturan berdiskusi. b. Menguasaimemahami pokok-pokok masalah. c. Aktif menyumbangkan ide, gagasan, dan pokok-pokok pikirannya. d. Menghargai pendapat orang lain. e. Selalu menghindari sikap emosional dan alogis. f. Mengajukan usulpendapat setelah dipersilakan oleh ketua diskusi. Bentuklah kelompok diskusi yang terdiri atas empat orang Tunjuklah seorang teman untuk membacakan teks berikut ini Sambil mendengarkan, catat tentang siapa yang dibicarakan dan pokok-pokok pembicaraannya Salin format berikut di buku tugas untuk mengerjakan Format Pembicara No. Pokok-pokok Permbicaraan .................................................. .................................................. 1. 2. ....................................................... ....................................................... liputan berita menggunakan iPhone. ©2015 - Pernahkah kamu menonton berita dan memberikan tanggapan untuk berita itu? Tanggapan adalah ulasan atau komentar atas berita, pidato, laporan, dan sebagainya. Tanggapan terhadap berita dapat diberikan pada seluruh aspek berita, seperti isi, unsur berita, bahasa, gaya penulisan berita, dan sebagainya. Sebelum menanggapi berita, kamu harus memahami berita itu. Salah satu caranya adalah dengan membedakan fakta dan pendapat yang ada di dalamnya. Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa dibuktikan. Sementara itu opini adalah pendapat, yang biasanya dikenal dengan pendapat atau anggapan umum. Opini adalah persatuan sintesis pendapat-pendapat yang banyak. Bisa jadi ada orang yang setuju atau nggak setuju, dengan ikatan dalam bentuk perasaan atau emosi. Sebuah opini dapat berubah dan muncul melalui diskusi sosial. Dalam kode etik jurnalistik, pasal 3 ayat 30 dijelaskan kalau saat menyusun berita, wartawan Indonesia harus membedakan antara fakta dan opini. Jadi wartawan pun nggak boleh mencampuradukkan fakta dan opini, untuk mencegah adanya berita-berita yang faktanya diputarbalikkan dan dibubuhi secara nggak wajar. Kalau kamu sudah memahami suatu berita, baru kamu bisa melakukan analisis secara mendalam terhadap seluruh aspeknya. Aspek yang perlu analisis adalah aspek tulisan atau ejaan aspek substansi atau isi aspek penyajian berita Ciri-ciri bahasa yang baik saat penulisan berita adalah cendekia, luwes, dinamis, efektif, dan enak dibaca, tetapi tetap berpedoman pada kaidah bahasa yang berlaku. Nah, itulah tips mudah memahami sebuah berita dan membuat tanggapan atas suatu berita. Ternyata sangat mudah, kan? Kalau kamu ingin tahu bagaimana hasilnya, cobalah untuk membuatnya. Kalau sudah, kamu bisa meminta masukan dari gurumu. [iwe] Teks berita adalah laporan informasi aktual yang berdasarkan fakta dan penting, menarik, layak, atau ingin diketahui oleh kebanyakan masyarakat. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Kusumaningrat 2012, yang mengemukakan bahwa berita merupakan informasi aktual mengenai berbagai fakta dan opini yang menarik perhatian masyarakat. Tidak hanya menarik saja, namun harus berdasarkan kenyataan di lapangan. Bentuknya tidak hanya berupa tulisan saja, akan tetapi dapat disajikan secara lisan pula. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya 2012, bahwa berita adalah laporan atau hasil pelaporan, baik berupa tulisan ataupun dibawakan secara lisan yang bersumber dari realitas kehidupan sehari-hari. Selain itu, berita juga harus memenuhi beberapa kriteria yang menjadi unsur pembentuknya. Beberapa unsur teks berita tersebut adalah sebagai berikut. Unsur Teks Berita Romli 2014, mengemukakan bahwa Berita adalah laporan peristiwa yang memenuhi setidaknya empat nilai berita, seperti cepat, nyata, penting, menarik karena peristiwa layak dilaporkan. Untuk memenuhi keempat nilai tersebut, penulis berita harus memperhatikan enam unsur-unsur berita Kemdikbud, 2017, Romli, 2014, yakni sebagai berikut. What ApaNama atau identitas dari suatu kejadian atau peristiwa. Apakah menyangkut hidup seseorang, atau kejadian tanah longsor? banjir? kerusuhan? apa yang diberitakan. Who SiapaSiapa saja yang terlibat dalam suatu kejadian atau peristiwa? atau siapa tokoh utama yang menjadi sorotan berita? Where Di manaUnsur ini menyatakan lokasi atau daerah tempat terjadinya peristiwa. Di mana kejadian itu di mana? dalam kriminal istilahnya biasa disebut dengan TKP atau tempat kejadian perkara. When KapanUnsur yang merupakan waktu dari suatu kejadian atau peristiwa yang dilaporkan. Bisa mencakup tanggal, hari, jam, menit, atau umum seperti pagi, siang, dan sore. Why MengapaAlasan mengapa peristiwa atau kejadian yang dilaporkan dapat terjadi. Unsur ini juga mencakup untuk mengetahui secara detail penyebab dari suatu peristiwa yang telah terjadi. How BagaimanaBagaimana keadaan atau proses terjadinya suatu kejadian atau peristiwa, termasuk akibat yang ditimbulkan atau justru yang diharapkan dari peristiwa tersebut jika peristiwa adalah acara yang sengaja dibuat konser amal, pentas seni, dsb. Keenam pertanyaan tersebut merupakan langkah yang tepat untuk menggali unsur berita yang mampu membuat suatu fakta layak menjadi berita. Unsur berita di atas biasa disingkat dengan 5W1H, atau ADIKSIMBA Apa, DI mana, Kapan, SIapa, Mengapa, BAgaimana dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan dalam mengingatnya. Struktur Berita Secara umum boleh dikatakan bahwa sebetulnya struktur berita terdiri dari dua bagian. Bagian tersebut adalah informasi penting dan informasi tidak kurang penting. Informasi penting menyangkut seluruh unsur utama dari berita, yakni 5W1H. Ihwal penyusunan informasi penting yang didasari dari unsur berita adalah relatif terhadap berita yang disampaikan. Bisa jadi unsur yang pertama dimunculkan adalah “Apa” atau “Bagaimana”, hingga “Siapa” jika berita menyangkut nama seseorang yang penting atau berpengaruh. Namun, hampir semua bagian informasi penting akan ditempatkan di bagian kepala lead berita. Berikut adalah pemaparan lengkap struktur berita. Kepala Berita Lead Merupakan bagian yang dianggap paling penting dari berita yang harus berisi unsur-unsur utama berita berdasarkan 5W1H atau ADIKSIMBA yang mencakup “Apa”, “Siapa”, “Di mana” atau “Kapan”. Badan Berita Badan berita biasanya berisi “Bagaimana” atau “Mengapa” deskripsi, narasi, atau penjelasan detail dari bagaimana dan mengapa peristiwa dan kejadian. Bagian Ekor Bagian ini biasanya tidak memiliki kaitan secara langsung terhadap berita. Bisa berisi konteks tambahan seperti sejarah sebelum kejadian yang dilaporkan terjadi, dsb. Sementara itu, Romli 2014, berpendapat bahwa struktur teks berita adalah sebagai berikut. Judul head Dateline, tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun Teras berita lead Isi berita body Intinya sama saja, namun pendapat di atas menambahkan judul dan waktu menjadi salah satu struktur berita yang dibutuhkan. Sementara bagian ekor sedari awal memang sudah opsional. Jenis-Jenis Berita Menuru Romli, 2014, hlm. 11-12 jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik antara lain adalah sebagai berikut. Straight News berita langsung Berita apa adanya, ditulis secara singkat, langsung dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar atau yang menjadi berita utama headline biasanya adalah berita jenis ini. Depth News berita mendalam Merupakan berita yang dikembangkan dengan pendalaman mengenai hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan dikupas secara mendalam. Investigation News berita investigasi merupakan berita yang dikembangkan berdasarkan penyelidikan dan penelitian dari berbagai sumber yang dapat menjadi sumber berita. Interpretative News berita interpretatif Berita yang dikembangkan melalui pendapat atau penilaian dari wartawan yang melaporkan, namun tetap berdasarkan fakta yang ditemukan. Opinion News Berita Opini Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para ahli, pejabat, cendekiawan mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi keilmuan, dan sebagainya. Kaidah Kebahasaan Teks Berita Pada umumnya, kebanyakan jurnalis akan setuju bahwa ciri kebahasaan utama dari teks berita adalah menggunakan kalimat langsung. Mengapa? Karena, berita harus apa adanya dan disampaikan secara langsung tanpa menambahkan suatu hal. Namun, tidak hanya itu saja, berikut adalah ciri teks berita berdasarkan kaidah kebahasaannya. Verba transitif Merupakan verba yang dapat diubah kebentuk pasif. Verba pewarta Verba pewarta adalah verba yang mengindikasikan suatu percakapan. Adverbia atau kata keterangan Kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain. Konjungsi temporal Merupakan Kata hubung yang berhubungan dengan waktu. Misalnya setelah, kemudian, dan akhirnya. Kalimat langsung Merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan seseorang sumber wawancara yang sama persis dengan apa yang dikatakannya. Kalimat tidak langsung Kalimat yang melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam bentuk kalimat tidak langsung, biasanya untuk mengungkapkan detail berita. Ciri teks berita Berita adalah produk jurnalisme, sehingga, penulisannya pun akan mengikuti konvensi tulisan jurnalisme. Pokok bahasan yang berasaskan 5W1H atau ADIKSIMBA adalah ciri terkatnya. Berikut adalah beberapa ciri teks berita. Faktual Berarti suatu kejadian yang bersifat nyata, benar-benar terjadi dan dapat dirasakan serta dibuktikan kebenarannya. Aktual Berarti kejadiaan yang bersifat baru, terkini dan sedang menjadi pembicaraan orang banyak. Unik dan menarik Unik berarti setiap wartawan atau portal penyedia berita memiliki editorial, redaksi, hingga diksi yang khas. Menarik berarti berita menyajikan fakta aktual yang diinginkan oleh masyarakat atau menimbulkan rasa ingin tahu, dan ketertarikan dari masyrakat untuk membacanya. Berpengaruh bagi masyrakat luas Teks berita harus memberikan pengaruh bagi kepentingan orang banyak. Objektif Berita yang disampaikan benar-benar berdasarkan fakta yang ada tanpa dipengaruhi oleh pandangan atau pendapat pribadi pelapornya Terdapat waktu dan tempat kornologi kejadian Berita biasanya dilengkapi dengan runtutan waktu atau kronologi kapan terjadinya peristiwa Bahasa baku, sederhana, dan komunikatif Pada umumnya menggunakan bahasa baku yang mengikuti PUEBI, sederhana namun tetap menarik dan tidak membingungkan ketika dibaca mudah untuk dikomunikasikan. Meringkas Berita Meringkas berita adalah cara yang efektif untuk menyajikan kembali berita dengan tepat dan tidak menyimpang, baik untuk kebutuhan pribadi, maupun membagikannya kembali kepada orang lain. Cara menyusun ringkasan berita Kemdikbud, 2007, adalah sebagai berikut Membaca atau Mendengarkan Berita Baca dan perhatikan berita dengan teliti dan seksama, jangan sampai berita yang kita sampaikan kembali melalu ringkasan berubah makna atau informasinya. Mencatat Pokok-Pokok Berita Mencatat pokok pikiran berita dapat dilakukan dengan cara mencari unsur-unsur pembentuknya ADIKSIMBA/5W1H. Menyampaikan kembali secara lengkap dan ringkas Berikan kembali simpulan yang memuat seluruh informasi berita namun dalam cara yang singkat dan padat untuk memastikan berita yang diringkas tidak menyimpangkan berita. Hal ini penting agar kita dapat menginformasikan kembali berita yang telah kita baca kepada orang lain. Jangan sembarangan membagikan berita kepada orang lain, apalagi jika sumber berasal dari sosial media dan sumber yang rentan untuk dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab lainnya. Penyimpulan Isi Berita Menyimpulkan isi berita masih bertalian erat dengan unsur berita, yakni ADIKSIMBA/5W1H. Abaikan opini, judul agitatif menghebohkan, atau isi yang tampak terlalu mencengangkan dan fokus terhadap bagian apa, siapa, di mana, kapan, kapan, mengapa, dan bagaimana. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada atau ada yang meragukan, maka berita harus dipertanyakan kebenarannya. Mengapa penyimpulan isi berita sangatlah penting? Hari ini, banyak oknum yang sering membawakan berita dengan cara yang kurang baik dan bersifat spekulasi. Berita palsu atau fake news saja sudah sangat berbahaya bagi kalangan awam. Rasanya sudah jelas berita palsu itu seperti apa, namun ada satu jenis lagi yang jauh lebih berbahaya. Jenis berita tersebut adalah berita yang disusun rapi berdasarkan kenyataan namun memainkan bahasa biasanya dalam judul agar opini pembacanya terangsang terpancing emosinya untuk menyimpulkan berita tersebut secara sepihak dan tidak objektif. Biasanya, berita tersebut secara tidak langsung akan menyerang dan merugikan salah satu pihak atau instansi yang dikisahkan. Berita jenis ini bahkan secara hukum tidak berbohong dan tidak dapat dituntut. Padahal, Berita yang baik, meskipun diiringi suatu opini tertentu untuk membuka cakrawala kritis pembacanya tidak akan pernah berbohong atau menggiring pembacanya untuk membuat kesimpulan yang sepihak. Jadi, berhati-hatilah dalam memilih dan membaca berita. Hal ini menjadi salah satu bagian terpenting dari manfaat kemampuan menyimpulkan isi berita. Tanggapan terhadap Isi Berita Menanggapi isi berita berarti telah membaca dengan seksama, memilah dan menganalisis unsur-unsurnya, serta mampu menyimpulkan isi berita untuk kemudian memberikan tanggapan kritis dari sisi positif dan negatif berita. Tanggapan terhadap berita dapat mencakup dua aspek, yakni isi/struktur berita, dan bahasa berita atau aspek kebahasaannya. Berikut ini adalah penjabarannya. Aspek-Aspek Tanggapan terhadap Berita Isi/Struktur, mencakup kebenaran, dan kelengkapan. Bahasa Berita, mencakup penggunaan kalimat, dan pemilihan kata. Tentunya kedua aspek sangat penting untuk diperhatikan. Jika isi berita benar dan terstruktur dengan baik namun bahasa yang digunakan menyimpangkannya oleh keambiguan atau bahasa agitatif yang menggiring opini publik, maka berita menjadi tidak valid. Contoh lain adalah apabila berita benar dan lengkap, namun menggunakan bahasa yang berbelit-belit, maka teks berita juga dianggap kurang baik. Maka, kita dapat menanggapinya dengan pendapat seperti “Informasi yang disampaikan cukup akurat dan komprehensif dan dapat dibuktikan dengan gambar dan video yang valid. Selain itu setelah dilakukan cross check pada sumber berita lain, isinya juga tidak jauh berbeda. Namun, sayangnya redaksi berita terlalu berbelit-belit dan sulit untuk dipahami oleh pembaca.” Menulis berita berarti harus mampu mendapatkan sumber berita yang kuat, kemudian menceritakannya kembali sejelas dan seakurat mungkin. Berita harus disampaikan apa adanya, tidak lebih dan tidak kurang. Berikut adalah langkah-langkah penyampaian berita. Menentukan sumber berita Berupa peristiwa yang penting menyangkut kepentingan orang banyak atau menarik dan actual. Mendatangi sumber berita Berarti mengamati observasi langsung dan menanyai mewawancara orang-orang yang berhubungan dengan peristiwa atau kejadian yang ingin diliput dan dilaporkan. Mengumpulkan dan mencatat fakta-fakta Fakta yang dikumpulkan dan dicatat harus berpatokan pada unsur teks berita dengan 5W1H atau ADIKSIMBA secara lengkap dan tepat dari segi sumber berita. Mengembangkan catatan fakta menjadi sebuah teks berita yang utuhBerarti menyusun berbagai fakta tersebut menjadi berita yang disajikan mulai dari bagian yang penting ke yang kurang penting sesuai dengan struktur berita Kemdikbud, 2017, Penyuntingan Teks Berita Jika masih ditemukan beberapa kekeliruan dari berita yang kita buat, itu sangatlah wajar. Hal tersebut karena masih ada satu tahap lagi yang harus kita lalui sebelum berita itu dipublikasikan, yakni penyuntingan. Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah sebagai berikut. Kebenaran isi berita, yang ditunjang oleh keakuratan fakta-faktanya. Kelengkapan isi berita, yang ditandai oleh hadirnya komponenkomponen berita yang terangkum dalam rumus ADIKSIMBA. Struktur penyusunan berita, yang dimulai dari bagian yang penting ke bagian yang kurang penting. Penggunaan bahasa, yang terkait dengan keefektifan kalimat, kebakuan kata, dan ketepatan ejaan dan tanda bacanya Kemdikbud, 2017, Contoh Teks Berita Contoh teks berita beserta strukturnya dan analisis unsur-unsur pembentuk berita 5W1H dapat dilihat pada artikel di bawah ini. Contoh Teks Berita beserta Strukturnya & Analisis Unsur 5W1H Referensi Cahya S, Inung. 2012. Menulis Berita di Media Massa. Klaten Citra Aji Parama. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kusumaningrat, H. dan Kusumaningrat P. 2012. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung Rosda. Romli, A. S. 2014. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung PT REMAJA ROSDAKARYA. TANGGAPAN TERHADAP BERITA LELAYU MELALUI SMS Kajian Wacana dari Aspek Gramatikal, Leksikal, Konteks, dan Inferensi Sumarlam Universitas Sebelas Maret Abstract This paper analyzed 15 short texts that constitute responses to obituaries sent through short message service SMS. The obituaries were sent by the writers in Indonesian, but the responses were in Indonesian, Javanese, Arabic, and mixed language. Based on their contents, the responses were classified into seven types, namely those i expressing gratitude, ii expressing gratitude and requiring detailed information, iii expressing gratitude and asking questions, iv expressing gratitude and saying farewell, v expressing gratitude and condolences, vi expressing condolences, and vii expressing gratitude, condolences, and prayers. The grammatical devices used most dominantly in these types of obituaries were ellipsis, while references person and demonstrative, and conjunctions were rarely used. Moreover, substitution was not found in the texts. With respect to lexical devices, collocation was used very dominantly while other lexical devices such as repetition, synonym. antonym. hyponym, and equivalence were not used at all. In addition to the linguistic context, the physical, social, and epistemic contexts play a major role in making sense of obituaries found in SMS. 1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak yang sangat luas dalam kehidupan manusia. Kehadiran alat komunikasi telepon seluler ponsel misalnya, dengan segala kelebihannya telah membuat banyak perubahan dalam masyarakat, baik berkenaan dengan perspektif bisnis, sosial, maupun bahasa. Kehadiran ponsel juga telah membawa perubahan dalam budaya komunikasi masyarakat. Dengan ponsel, komunikasi lisan jarak jauh dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Budaya komunikasi lisan, karena alasan biaya, juga telah banyak digantikan dengan SMS short message service, yaitu salah satu fasilitas hand phone HP yang terkait dengan wacana kelisanan-keberaksaraan. Artinya, secara teknis SMS memang merupakan implementasi dari budaya tulis Sumarlam keberaksaraan, tetapi, secara substantif, mayoritas SMS tidak dapat dipisahkan dari dimensi dan konteks kelisanan Saputra 2004321. Demikian pula ekspresi kebahasaan yang digunakan dalam tanggapan terhadap berita kematian lelayu melalui SMS cenderung bernuansa kelisanan orality, walaupun secara de facto memang tampak sebagai pola keberaksaraan literacy. Tulisan ini mengkaji 15 teks pendek yang merupakan tanggapan terhadap berita kematian lelayu melalui SMS. Pemerolehan datanya dilakukan dengan cara pengirim pesan dalam hal ini penulis mengirimkan berita lelayu dengan menggunakan bahasa Indonesia melalui SMS kepada para penerima pesan dalam hal ini semuanya kolega penulis. Dengan cara seperti itu kemudian pengirim pesan mendapatkan tanggapan atau balasan dari penerima pesan yang juga melalui SMS. Selanjutnya, teks pada SMS balasan itu disalin/dituliskan kembali pada kertas tertentu agar mudah dibaca ulang ketika teks tersebut diperlukan untuk kepentingan penelitian. Pengumpulan data tersebut dilakukan pada waktu terjadi peristiwa kematian yang menimpa salah seorang dosen Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yaitu Ibu Dra. Retno Pudyastuti, almarhumah, pada hari Senin, tanggal 19 April 2004, yang pemakamannya dilaksananakan pada hari Selasa, tanggal 20 April 2004. Teks berita lelayu yang dikirimkan oleh pengirim pesan dan 15 teks tanggapan terhadap berita lelalyu melalui SMS yang diberikan oleh si penerima pesan dapat dilihat pada lampiran. Ke-15 teks tanggapan tersebut disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu diterimanya tanggapan melalui SMS. Hal itu tampak pada jam dan menit ke berapa SMS tersebut masuk diterima. Teks data juga disertai nama diri dari setiap pengirim SMS. 2 BAHASA DAN ISI TEKS Deskripsi berikut memberikan gambaran mengenai bahasa yang digunakan untuk menyampaikan tanggapan terhadap berita lelayu dan klasifikasi berdasarkan isi teks. Bahasa Teks Dari 15 teks tanggapan terhadap berita lelayu yang disampaikan melalui SMS, berdasarkan bahasa yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi empat tipe tanggapan sebagai berikut. 1 Tanggapan berbahasa Indonesia, terdiri atas 3 teks, yaitu teks nomor 3, 7, dan 10. 2 Tanggapan berbahasa Jawa, terdiri atas 6 teks, yaitu teks nomor 1, 2, 6, 9, 11, dan 12. 3 Tanggapan berbahasa Arab, terdiri atas 1 teks, yakni teks nomor 5. 4 Tanggapan berdwibahasa, terdiri atas 5 teks, yakni 2 Linguistik Indonesia, Tahun ke 24, No. 2, Agustus 2006 a Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, terdiri atas 2 teks nomor 4 dan 15. b Bahasa Arab dan bahasa Jawa, terdiri atas 2 teks nomor 8 dan 14. c Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, terdiri atas 1 teks nomor 13. Berdasarkan klasifikasi di atas tampak bahwa ternyata tanggapan terhadap berita lelayu melalui SMS, dalam kasus ini, lebih banyak menggunakan bahasa Jawa bahasa daerah dan dwibahasa bahasa campuran dibandingkan dengan bahasa Indonesia dan bahasa Arab, meskipun berita lelalyu yang disampaikan melalui SMS oleh pengirim pesan menggunakan bahasa Indonesia. Dipakainya secara dominan bahasa Jawa dan bahasa campuran pada teks tersebut karena kedua jenis bahasa itu menunjukkan adanya ragam bahasa yang dipakai dalam situasi akrab dan informal. Isi Teks Dikaji dari segi isi tanggapan terhadap berita lelayu yang disampaikan melalui SMS, dari 15 teks itu dapat diklasifikasikan menjadi tujuh macam. Ketujuh macam isi teks yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1 Ucapan terima kasih, terdiri atas 5 teks, yaitu a Matur nuwun pak paringipun kabar Teks 1 ‘Terima kasih pak atas pemberian kabarnya’ b Nggih Pak, matur nuwun Teks 6 ‘Ya Pak, terima kasih’ c Matur nuwun pak Teks 9 ‘Terima kasih pak’ d Inggih, matur nuwun sampun dipunkabari Teks 11 ‘Ya, terima kasih sudah dikabari’ e matur nuwun beritanya Teks 15 ‘terima kasih beritanya’ 2 Ucapan terima kasih dan informasi, terdiri atas 3 teks, yaitu a Terima kasih, saya mau layat sekarang dg P. Riyadi Teks 3 ‘Terima kasih, saya mau melayat sekarang dengan Pak Riyadi’ b Makasih, saya baru sampai kampus bar layat Teks 4 ‘Terima kasih, saya baru sampai kampus usai melayat’ c Ya Pak, Terima kasih, Siang tadi kami sdh ngumpul di kampus Teks 10 ‘Ya Pak, terima kasih, siang tadi kami sudah berkumpul di kampus’ 3 Ucapan terima kasih dan pertanyaan, terdiri atas 2 teks, yaitu a Matur nuwun lelayunipun. Gerah menapa ta Pak? Teks 2 ‘Terima kasih atas berita kematiannya. Sakit apa Pak?’ b Matur nuwun Mas, trs layate piye penake? pp Teks 12 ‘Terima kasih Mas, lalu bagaimana sebaiknya kita melayat? pp 3 Sumarlam 4 Ucapan terima kasih dan diakhiri dengan ucapan “selamat malam”, terdiri atas 1 teks, yaitu Terimakasih pak selamat malam Teks 7 4 Linguistik Indonesia, Tahun ke 24, No. 2, Agustus 2006 5 Ucapan terima kasih dan ungkapan bela sungkawa, terdiri atas 2 teks, yaitu a Innalillahi wa ina ilaihi rojiun. maturnuwun paringipun kabar Teks 8 ‘Innalillahi wa ina ilaihi rojiun. terima kasih atas pemberian kabarnya’ b Innalillahi wa ina illaihi Rojiun. Makasih informasinya Teks 13 ‘Innalillahi wa ina illaihi Rojiun. Terima kasih informasinya. 6 Ungkapan bela sungkawa, terdiri atas 1 teks, yaitu Innalillahi wainna ilaihi raji’un Teks 5 7 Ucapan terima kasih, ungkapan bela sungkawa, dan doa, terdiri atas 1 teks, yaitu Matur nuwun Pak, in lil r mg2 kusn khotm AMN Teks 14 ‘Terima kasih Pak, innalillahi wainna ilaihi raji’un, semoga khusnul khotimah, amin’ Dari klasifikasi berdasarkan keragaman isi substansi tanggapan tersebut tampak bahwa lima teks yang tergolong jenis pertama teks 1, 6, 9, 11, dan 15 semata-mata berisi ucapan terima kasih karena sudah dikabari. Alasan “karena sudah diberi kabar” itu ada yang dikemukakan secara eksplisit, seperti pada teks 1, 11, dan 15; dan ada pula yang dikemukakan secara implisit, seperti teks 6 dan 9. Berbeda dengan jenis pertama, keragaman isi jenis kedua selain berisi ucapan terima kasih karena sudah diberi kabar, juga berisi informasi sebagai tanggapan atas berita tersebut. Informasi dari penerima pesan itu menyatakan bahwa si penerima pesan ‘akan segera melayat sekarang juga dengan salah seorang temannya’ teks 3. Bahkan, ada informasi yang disampaikan oleh si penerima pesan bahwa yang bersangkutan ‘sudah tiba di kampus sesudah pulang dari melayat’ teks 4. Sementara itu, teks 10 menyatakan bahwa ‘siang tadi si penerima pesan bersama kawan-kawannya sudah berkumpul di kampus’, artinya mereka sudah tahu sebelumnya ihwal berita lelayu yang disampaikan oleh si pengirim berita itu. Berbeda pula dengan jenis pertama dan kedua, keragaman isi jenis ketiga terletak pada adanya pertanyaan sesudah ucapan terima kasih. Pertanyaan yang diajukan si penerima pesan kepada si pengirim pesan berkisar pada masalah ‘sakit apa yang diderita oleh orang yang meninggal’ teks 2, dan ‘bagaimana rencana keberangkatan ke tempat/rumah orang yang meninggal’ teks 12. Jenis keragaman isi yang keempat adalah selain ucapan terima kasih karena telah dikabari, si penerima pesan langsung melanjutkannya dengan ‘ucapan selamat malam’ teks 7. Dari teks 7 dapat ditafsirkan oleh si pengirim pesan bahwa si penerima pesan ingin mengakhiri komunikasi lewat SMS karena yang bersangkutan sudah mengetahui isi pesan dan memahami maksud si pengirim pesan. Jenis kelima, selain berisi ucapan terima kasih juga berisi ungkapan turut “bela sungkawa” atas meninggalnya seorang teman kolega. Ungkapan bela sungkawa itu dinyatakan dengan bahasa Arab, yaitu “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un” teks 8 dan 13. Ungkapan tersebut sekaligus juga sebagai peringatan kepada siapa pun si 5 Sumarlam penerima pesan itu sendiri maupun si pengirim pesan, atau manusia pada umumnya bahwa ‘sesungguhnya kita manusia berasal dari Allah dan kita akan kembali kepada-Nya’, sebagaimana salah seorang teman kolega yang saat itu dipanggil kembali untuk menghadap-Nya. Jenis keenam, sama seperti jenis kelima tetapi tidak disertai dengan ‘ucapan terima kasih’. Jadi, hanya berisi ‘ungkapan bela sungkawa dan peringatan’ teks 5. Jenis ketujuh merupakan tanggapan yang dilihat dari isinya paling lengkap atau paling beragam karena isinya memuat tiga hal i berisi ‘ucapan terima kasih karena telah dikabari’, ii ‘ungkapan bela sungkawa dan peringatan’, dan iii berisi doa ‘semoga teman kita, Ibu Retno Pudyastuti yang meninggal itu tergolong khusnul khotimah meninggal yang baik’, dan doa itu kemudian diakhiri dengan kata “amin” ‘mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan kita’ teks 14. 3 ASPEK GRAMATIKAL KEPADUAN TEKS DAN LEKSIKAL PENDUKUNG Pada bagian ini dideskripsikan aspek gramatikal dan leksikal melalui perantiperanti wacana yang terdapat di dalam teks yang dikaji. Pendeskripsian ini dimaksudkan untuk mengetahui peranti wacana mana yang secara dominan mendukung kepaduan/keutuhan teks dan peranti-peranti mana yang tidak terdapat di dalam teks. Aspek Gramatikal Aspek gramatikal wacana meliputi 1 pengacuan reference, 2 penyulihan substitution, 3 pelesapan ellipsis, dan 4 perangkaian conjunction Halliday dan Hasan 19766; Praptomo Baryadi 200110; Sumarlam 200523. Pengacuan Ada dua jenis referensi pengacuan yang terdapat di dalam teks tanggapan berita lelayu yang disampaikan melalui SMS, yaitu referensi pronomina persona dan referensi demonstratif. Referensi pronomina persona I tunggal bentuk bebas saya terdapat pada teks 3 dan 4, sedangkan pronomina persona I jamak bentuk bebas kami ditemukan pada teks 10. Hal itu dapat diamati pada teks data berikut. 1 Terima kasih, saya mau layat sekarang dg P. Riyadi Teks 3 2 Makasih, saya baru sampai kampus bar layat Teks 4 3 Ya Pak, Terima kasih, Siang tadi kami sdh ngumpul di kampus Teks 10 Baik pronomina persona saya pada teks 3 dan 4 maupun kami pada teks 10, pengacuannya bersifat eksoforis karena unsur yang diacu berada di luar teks, atau acuannya tidak terdapat di dalam teks. Unsur yang diacu yang berada di luar teks itu adalah si penerima pesan, yaitu Dwi Purnanto teks 3, Hesti Widyastuti teks 4, dan Warto teks 10. Masing-masing pronomina persona tersebut secara eksoforis mengacu kepada siapa, hal itu sangat mudah diketahui 6 Linguistik Indonesia, Tahun ke 24, No. 2, Agustus 2006 oleh si pengirim pesan, sebab di dalam SMS nama-nama itu muncul dan dapat dibaca, seperti tampak pada teks data yang dilampirkan. Jenis pengacuan kedua yang ditemukan di dalam teks adalah pengacuan demonstratif demonstrative reference, baik demonstratif waktu maupun tempat. Pengacuan demonstratif waktu dapat dilihat pada teks 3, 7, dan 10 berikut ini. 4 Terima kasih, saya mau layat sekarang dg P. Riyadi Teks 3 5 Terimakasih pak selamat malam Teks 7 6 Ya Pak, Terima kasih, Siang tadi kami sdh ngumpul di kampus Teks 10 Pada teks 3 terdapat pengacuan demonstratif waktu sekarang yang mengacu pada waktu kini, yaitu waktu yang berdekatan dengan waktu si penerima pesan memberikan tanggapan melalui SMS pukul 1846 kepada pengirim pesan. Teks 7 menggunakan pengacuan demonstratif waktu malam. Waktu tersebut mengacu pada waktu malam hari ketika si penerima pesan mengirimkan SMS pukul 1904 sebagai tanggapan terhadap berita lelalyu kepada si pengirim pesan. Sementara itu, pada teks 10 ditemukan pengacuan demonstratif waktu siang tadi. Waktu tersebut mengacu pada waktu lampau, sebab peristiwa “berkumpul di kampus” sudah dilakukan/terjadi pada waktu siang tadi dipandang dari sudut waktu si penerima pesan mengirimkan SMS pukul 1946 sebagai tanggapan atas berita lelayu yang disampaikan oleh pengirim pesan. Pengacuan demonstratif tempat dapat diamati pada teks 4 dan 10 sebagai berikut. 7 Makasih, saya baru sampai kampus bar layat Teks 4 8 Ya Pak, Terima kasih, Siang tadi kami sdh ngumpul di kampus Teks 10 Baik pada teks 4 maupun 10 terdapat pengacuan demonstratif tempat yang mengacu pada tempat secara eksplisit, yakni kampus. Elipsis Peranti wacana pada aspek gramatikal yang berupa elipsis pelesapan sangat dominan paling banyak digunakan oleh si penerima pesan di dalam memberikan tanggapan terhadap berita lelayu melalui SMS. Dari 15 teks hanya empat teks yang tidak mengalami pelesapan, yakni teks nomor 3, 4, 5, dan 10; sedangkan 11 teks lainnya, yaitu teks nomor 1, 2, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, dan 15, mengalami pelesapan. Unsur yang paling banyak atau paling sering dilesapkan adalah unsur yang menduduki fungsi subjek S; dalam hal ini ditemukan sebanyak 14 kasus pelesapan. Artinya, dalam satu teks dapat terjadi dua kali dua unsur S yang dilesapkan teks nomor 2, 12, dan 14 dan ada juga dalam satu teks terjadi satu kali satu unsur pelesapan S teks nomor 1, 6, 7, 8, 9, 11, 13, dan 15. Contoh pelesapan S dapat diperhatikan pada teks data berikut. 9 a. Inggih, matur nuwun Æ sampun dipunkabari Teks 11 7 Sumarlam ‘Ya, terima kasih Æ sudah dikabari’ b. Inggih, matur nuwun kula sampun dipunkabari ‘Ya, terima kasih saya sudah dikabari’ 10 a. Æ Matur nuwun Mas, trs Æ layate piye penake? pp Teks 12 ‘Æ Terima kasih Mas, lalu Æ bagaimana sebaiknya melayat?’ pp b. Aku matur nuwun Mas, trs awake dhewe layate piye penake? pp Saya terima kasih Mas, lalu kita bagaimana sebaiknya melayat? pp ‘Saya terima kasih Mas, lalu bagaimana kita sebaiknya melayat?’ pp Pada teks 11 terjadi pelesapan S kula ‘saya’ satu kali data 9a. Apabila unsur S yang dilesapkan itu dimunculkan maka akan tampak seperti pada data 9b. Sementara itu, pada teks 12 data 10a terjadi pelesapan S dua kali, yaitu S tunggal aku ‘saya’ pada awal klausa pertama dan S jamak awake dhewe ‘kita’ pada klausa kedua. Struktur lengkap teks 12 data 10a tersebut apabila kedua S-nya tidak dilesapkan maka akan tampak seperti pada data 10b. Pada 10b, S tunggal aku ‘saya’ pada klausa pertama mengacu pada si penerima pesan Paina Partana, sedangkan S jamak awake dhewe ‘kita’ pada klausa kedua mengacu pada si penerima pesan dan si pengirim pesan Paina Partana dan Sumarlam. Suatu hal yang wajar apabila di dalam SMS, termasuk di dalamnya tanggapan terhadap berita lelayu yang disampaikan melalui SMS ini, banyak/sering terjadi pelesapan. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa ekspresi kebahasaan yang digunakan dalam tanggapan terhadap berita kematian lelayu melalui SMS cenderung bernuansa kelisanan orality, walaupun secara de facto memang tampak sebagai pola keberaksaraan literacy. Di antara ciri bahasa lisan ialah sering terjadi pelesapan unsur-unsur tertentu, di samping juga, terutama dalam SMS, sering terjadi penyingkatan. Pelesapan dan penyingkatan dalam SMS dimaksudkan agar teks atau pesan yang dikirimkan itu bentuknya singkat, isinya padat, efisien waktu, biaya, dan tenaga, namun tetap efektif dan komunikatif. Konjungsi Dari 15 teks hanya ditemukan dua jenis konjungsi, yaitu konjungsi sekuensial trs ‘terus, lalu’ pada teks 12, dan konjungsi optatif mg2 ‘semoga’ pada teks 14, seperti tampak pada teks data berikut. 11 Matur nuwun Mas, trs layate piye penake? pp Teks 12 ‘Terima kasih Mas, lalu bagaimana sebaiknya melayat?’ pp 12 Matur nuwun Pak, in lil r mg2 kusn khotm AMN Teks 14 ‘Terima kasih Pak, inna lillahi wainna ilaihi rajiun semoga khusnul khotimah, amin’ Konjungsi trs ‘terus, lalu’ pada teks 12 data 11 merupakan konjungsi sekuensial yang menyatakan hubungan makna urutan antara tuturan sebelum konjungsi dan sesudah konjungsi. Sementara itu, konjungsi mg2 ‘semoga, 8 Linguistik Indonesia, Tahun ke 24, No. 2, Agustus 2006 mudah-mudahan’ pada teks 14 data 12 merupakan konjungsi optatif yang menyatakan hubungan makna harapan, yaitu harapan si penerima pesan ‘semoga teman/kolega yang meninggal itu tergolong meninggal yang khusnul khotimah’. Dari teks-teks yang ditampilkan tampak bahwa di dalam teks tanggapan terhadap berita lelayu melalui SMS tidak banyak digunakan peranti wacana yang berupa konjungsi. Minimnya penggunaan konjungsi disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa sebagian besar teks dalam SMS berupa frasa-frasa, klausa-klausa, atau kalimat-kalimat sederhana kalimat-kalimat tunggal. Perlu ditambahkan, bahwa dari 15 teks yang dikaji itu tidak ditemukan peranti wacana yang berupa substitusi penyulihan. Dengan demikian apabila diurutkan peranti wacana dari yang paling dominan paling banyak hingga yang paling sedikit digunakan atau bahkan tidak ada adalah peranti wacana yang berupa elipsis pelesapan, referensi pengacuan, konjungsi perangkaian, dan yang terakhir substitusi penggantian. Aspek Leksikal Kepaduan wacana atau teks selain didukung oleh aspek gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal. Aspek leksikal menyatakan hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis. Aspek leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam peranti, yaitu 1 repetisi pengulangan, 2 sinonimi padan kata, 3 kolokasi sanding kata, 4 hiponimi hubungan atas-bawah, 5 antonimi lawan kata, dan 6 ekuivalensi kesepadanan atau paradigma Sumarlam 200535. Di dalam teks tanggapan terhadap berita lelayu yang disampaikan melalui SMS ternyata tidak semua peranti wacana aspek leksikal termanfaatkan oleh si penerima pesan. Apabila teks-teks itu masing-masing dilihat sebagai teks-teks yang terpisah secara otonom berdiri sendiri, tampak sekali dari enam peranti wacana tersebut hanya satu peranti yang mendukung kepaduan teks, yaitu kolokasi sanding kata, sedangkan lima peranti lainnya yaitu repetisi, sinonimi, kolokasi, ekuivalensi, antonimi, dan hiponimi tidak ditemukan pada teks yang dikaji. Kolokasi adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata atau ungkapan, dan kata atau ungkapan tersebut cenderung digunakan secara berdampingan bersanding. Dalam teks yang dikaji ini terdapat beberapa kata dan ungkapan yang berkolokasi berkenaan dengan berita lelayu melalui SMS yang disampaikan oleh si pengirim pesan kepada si penerima pesan. Kata gerah ‘sakit’ teks 2, lelayu ‘berita kematian’ teks 2, dan layat ‘melayat, takziah’ teks 3, 4, dan 12 adalah kata-kata yang berkolokasi. Pada umumnya, kematian seseorang diawali dengan ‘sakit’. Bila kematian menimpa seseorang, mungkin karena sakit atau sebab yang lain, maka biasanya pihak keluarga dibantu oleh para tetangga lalu menyebarkan lelayu, yaitu ‘berita, kabar, informasi mengenai kematian seseorang’. Kemudian apabila berita kematian itu sampai kepada pihak-pihak yang dituju teman, kolega, saudara, 9 Sumarlam kerabat dekat atau jauh, tetangga, dan sebagainya, maka sebagian besar pihakpihak tersebut melakukan kegiatan sosial yang disebut layat ‘melayat’ atau ‘takziah’.Dengan demikian, kolokasinya terletak pada penggunaan kata gerah ‘sakit’, lelayu ‘berita kematian’, dan layat ‘melayat, takziah’ dalam teks secara besanding. Ungkapan innalillahi wa inna ilaihi raji’un, yang terdapat pada teks 5, 8, 13, dan 14, juga berkolokasi dengan ungkapan khusnul khotimah, pada teks 14. Ungkapan yang pertama adalah ungkapan yang biasa dinyatakan oleh orang Islam yang mendengar/mengetahui adanya berita duka kematian, kecelakaan, atau musibah lainnya. Ungkapan tersebut bermakna ‘sesungguhnya kita manusia berasal dari Allah dan akhirnya akan kembali kepada Allah’. Dengan demikian, dalam keyakinan agama tersebut, orang yang meninggal itu hakikatnya kembali kepada Sang Pencipta. Sementara itu, ungkapan yang kedua merupakan sebuah doa atau permohonan semoga orang yang meninggal tersebut tergolong meninggal yang baik atau akhir yang baik khusnul khotimah. Sebuah doa atau permohonan biasanya diakhiri dengan kata atau ungkapan amin, seperti pada teks 14, yang artinya ‘semoga Allah mengabulkan permohonan kita’. Ketiga ungkapan tersebut, innalillahi wa inna ilaihi raji’un, khusnul khotimah, dan amin, merupakan ungkapan kolokatif berkaitan dengan masalah kematian. Kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang berkolokasi tersebut mendukung kepaduan teks tanggapan berita lelayu melalui SMS. 4 KONTEKS DAN INFERENSI Konteks adalah aspek-aspek internal teks dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah teks. Berdasarkan pengertian tersebut konteks secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa. Konteks bahasa disebut ko-teks, sedangkan konteks luar bahasa extra linguistic context disebut “konteks situasi” dan “konteks budaya”, atau “konteks” saja Malinowski dalam Halliday dan Hasan, 19928. Konteks merupakan dasar bagi inferensi. Yang dimaksud dengan inferensi di sini adalah proses yang harus dilakukan oleh komunikan pendengar/pembaca/mitra tutur untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat di dalam teks yang diungkapkan oleh komunikator pembicara/penulis/penutur. Atau dengan kata lain, inferensi adalah proses memahami makna tuturan sedemikian rupa sehingga sampai pada penyimpulan maksud dari tuturan Sumarlam, 200551. Untuk dapat mengambil inferensi dengan baik/tepat, kita harus memahami konteks dengan baik pula karena pemahaman konteks diperlukan sebagai dasar bagi pengambilan inferensi. Inferensi dapat diambil dari sebuah tuturan teks berdasarkan konteks yang menyertainya. Imam Syafi’i sebagaimana dikutip oleh Hamid Hasan Lubis, 199358 membedakan empat macam konteks pemakain bahasa, yaitu konteks linguistik, konteks fisik, konteks sosial, dan konteks epistemik. Konteks yang pertama konteks linguistik berkenaan dengan konteks bahasa ko-teks, sedangkan tiga konteks lainnya, konteks fisik, sosial, dan epistemik merupakan 10 Linguistik Indonesia, Tahun ke 24, No. 2, Agustus 2006 realisasi dari konteks luar bahasa segala sesuatu yang melingkupi teks, berada di luar teks, tetapi berhubungan dengan teks. Ditelaah dari segi konteks wacana, tampak bahwa konteks fisik, konteks sosial, dan konteks epistemik sangat besar peranannya untuk dapat memahami teks-teks pendek yang merupakan tanggapan terhadap berita kematian. Konteks fisik meliputi tempat terjadinya peristiwa pemakain bahasa, pokok pembicaraan dalam komunikasi, dan tindakan para partisipan komunikasi. Dalam kaitannya dengan penyampaian berita lelayu dan tanggapan terhadap berita itu, secara fisik tempat terjadinya peristiwa komunikasi berlangsung melalui SMS short message service, yakni salah satu fasilitas yang tersedia di dalam HP. Dengan demikian, komunikasi tidak terjadi secara langsung face to face, melainkan melalui sarana SMS dari tempat si pengirim pesan dalam hal ini di rumah ke tempat si penerima pesan, misalnya di kampus teks 4, atau di tempat lainnya selain teks 4. Konteks fisik yang kedua adalah pokok pembicaraan. Dalam hal ini, pokok pembicaraan yang disampaikan dalam komunikasi adalah mengenai peristiwa meninggalnya seorang teman/kolega, Ibu Retno Pudyastuti, dosen Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang menurut si pengirim berita perlu diinformasikan kepada para dosen di lingkungan fakultas tersebut. Dengan kata lain, pokok pembicaraan berkisar pada adanya berita lelayu yang disampaikan oleh si pengirim berita dan tanggapan terhadap berita itu yang disampaikan oleh si penerima pesan melalui SMS. Konteks fisik yang ketiga adalah tindakan para partisipan komunikasi pelibat wacana berkaitan dengan pokok pembicaraan komunikasi. Dalam hal ini, tindakan komunikator pengirim pesan adalah mengirimkan pesan/berita lelayu melalui SMS kepada komunikan, sedangkan tindakan komunikan penerima pesan adalah menanggapi pesan/berita tersebut dan mengirimkannya kembali kepada komunikator. Konteks fisik yang ketiga, yakni tindakan para partisipan komunikasi itu, berkaitan erat dengan konteks epistemik, yaitu latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui/dimiliki oleh pelibat komunikasi. Dalam hal ini, antara si pengirim pesan dan si penerima pesan sama-sama mengetahui/ menyadari akan pentingnya berita lelayu itu. Dengan dilatarbelakangi oleh pengetahuan dan kesadaran partisipan komunikasi akan pentingnya berita lelayu tentang peristiwa meninggalnya teman sejawat maka para partisipan segera melakukan tindakan. Wujud tindakan itu dapat berupa i tindakan menanggapi berita lelayu itu dengan cara mengirimkan tanggapannya kepada si pengirim berita hal ini tampak pada 15 teks itu, ii tindakan mengucapkan bela sungkawa dan sekaligus peringatan kepada semua orang bahwa kita suatu saat juga akan dipanggil oleh Sang Pencipta teks 5, 8, 13, dan 14, iii tindakan mendoakan kepada orang yang meninggal teks 14, iv tindakan mengkonfirmasikan bagaimana sebaiknya keberangkatan takziah dari Solo ke Klaten teks 12, dan v tindakan secara spontan untuk pergi melayat beberapa saat setelah menerima berita lelayu teks 3. 11 Sumarlam Yang terakhir adalah konteks sosial. Konteks sosial ialah relasi sosial yang melengkapi hubungan antara penutur dan mitra tutur. Relasi sosial dalam konteks ini berkenaan dengan dua jenis hubungan, yaitu i hubungan antara penutur dan mitra tutur, dan ii hubungan antara penutur dan mitra tutur dengan orang yang menjadi objek tutur dalam peristiwa tutur. Hubungan jenis pertama terjadi relasi sosial antara penutur dan mitra tutur; dalam hal ini relasi antara si pengirim pesan sebagai penutur peneliti dan si penerima pesan sebagai mitra tutur 15 orang dosen yang memberikan tanggapan melalui SMS. Dalam kaitannya dengan berita lelayu, penutur pengirim pesan adalah orang yang pada umumnya mengetahui terlebih dahulu adanya peristiwa kematian, sekalipun mungkin mengetahuinya juga dari orang lain. Sementara itu, mitra tutur penerima pesan pada umumnya mengetahui peristiwa itu lebih kemudian daripada pengirim pesan sesudah diberitahu/di-SMS oleh pengirimnya. Dari 15 teks tersebut dapat diketahui, berdasarkan pemahaman terhadap konteks dan klarifikasi kepada si penerima pesan, bahwa pengirim teks nomor 3 dan 4 Dwi Purnanto dan Hesti Widyastuti, masing-masing adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia, serta pengirim teks nomor 10 Warto, dosen Jurusan Sejarah sudah mengetahui terlebih dahulu sebelum menerima berita melalui SMS dari si pengirim pesan. Sementara itu, pengirim 12 teks lainnya ternyata baru mengetahui berita lelalyu itu sesudah yang bersangkutan menerima berita melalui SMS dari pengirim pesan. Jenis hubungan kedua adalah relasi sosial antara penutur pengirim berita dan mitra tutur penerima berita dengan orang yang menjadi objek tutur dalam peristiwa tutur. Dalam hal ini orang yang menjadi objek tutur adalah orang yang meninggal Ibu Retno Pudyastuti, sedangkan peristiwa tuturnya adalah ihwal peristiwa kematian orang yang menjadi objek tutur. Relasi sosial yang terjadi adalah relasi antara dosen-dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa dalam hal ini 16 orang dosen dari beberapa jurusan dengan salah seorang dosen Jurusan Sastra Inggris yang meninggal itu. Secara lebih khusus relasi sosial yang dimungkinkan terjadi adalah antarteman sejawat, antarkolega, antara dosen dan mahasiswa dan sebaliknya, dan antara dosen yang lebih tua senior dan dosen yang lebih muda yunior dan sebaliknya. Terjalinnya relasi sosial semacam itulah yang mendukung para partisipan pelibat wacana untuk mengambil peran sosial tertentu dan merealisasikannya dalam berbagai tindakan seperti telah diuraikan di atas. 5 PENUTUP Kontribusi makalah ini utamanya adalah kajian bahasa yang dipergunakan dalam pesan singkat SMS yang belum banyak diselidiki secara mendalam. Temuan yang menarik adalah adanya variasi jenis bahasa yang digunakan oleh penerima pesan ketika memberikan tanggapan tidak selalu dalam bahasa Indonesia walaupun pesan awal SMS-nya berbahasa Indonesia. Bahasa SMS yang singkat dan 'campuran' merupakan karakteristik tersendiri yang menarik 12 Linguistik Indonesia, Tahun ke 24, No. 2, Agustus 2006 dikaji dari sudut linguistik secara mikro, selain juga daTi sudut wacana dan pragrnatik. Dari sudut wacana, aspek grarnatikal yang dominan adalah elipsis, yakni pelesapan salah satu atau lebih unsur bahasa; sedangkan aspek leksikal yang mendukung keutuhan rnakna wacana adalah kolokasi, yakni kata-kata atau ungkapan tentang dan sekitar lelayu berita, tanggapan, peristiwa, dan tindakan yang berkaitan dengan kematian seseorang yang digunakan secara berdampingan. Untuk dapat memahami secara benar teks-teks pendek tanggapan terhadap berita kematian melalui SMS perlu diperhitungkan konteks luar bahasa, baik konteks fisik pelibat wacana, topik wacana, dan media wacana, konteks sosial relasi sosial antarpelibat wacana, maupun konteks epistemik latar belakang pengetahuan para pelibat Kiranya simpulan sementara tersebut pada masa yang akan datang perlu ditindaklanjuti Âengan penelitianpenelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam. DAFTAR PUSTAKA Brown, Gillian and George Yule. 1996. Discourse Analysis. Cambridge Cambridge University Press. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta LKiS. Halliday, dan Ruqaiya Hasan. 1976. Cohesion and English. London Longman. Halliday, dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial Terjemahan Asruddin Barori Tou. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Hamid Hasan Lubis, A. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung Angkasa. Heru Saputra. 2004. “Dari Tuturan hingga SMS Formulaik Kelisanan di Balik Keberaksaraan” dalam Prosiding Seminar Internasional Bahasa dan Sastra dalam Perspektif Studi Budaya, 3 – 4 Desember 2004, di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Praptomo Baryadi, I. 2001. “Konsep-Konsep Pokok dalam Analisis Wacana” dalam Widyaparwa Nomor 57, September 2001. Jakarta Pusat Bahasa. Riyadi Santosa. 2004. “Peran Leksis dalam Analisis Teks”, dalam Linguistik Indonesia Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia. Tahun ke22, Nomor 1, Februari 2004. Jakarta MLI Bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia. Sarwiji Suwandi. 2003. “Kohesi dalam Bahasa Indonesia”, dalam Linguistik Indonesia Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia. Tahun ke21, Nomor 2, Agustus 2003. Jakarta MLI Bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia. 13 Sumarlam Sumarlam, Agnes Adhani, dan A. Indratmo Editor. 2004. Analisis Wacana Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Bandung Pakar Raya. Sumarlam. 2005. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Cetakan ketiga. Surakarta Pustaka Cakra. LAMPIRAN DATA A. Berita lelalyu yang dikirimkan oleh si pengirim berita melalui SMS Senin, 19-4-2004, pukul “Pak/Bu, Ibu Retno Pudyastuti dosen Sastra Inggris meninggal dunia. Pemakaman Selasa, 20-4-04, ± pk. di Klaten” Sumarlam. B. Tanggapan terhadap berita lelayu melalui SMS berupa 15 Teks yang dikaji dalam penelitian ini 1. Bambang Indianto 1841 Matur nuwun pak paringipun kabar. 2. Christiana Dwi Wardhana 1841 Matur nuwun lelayunipun. Gerah menapa ta Pak? 3. Dwi Purnanto 1846 Terima kasih, saya mau layat sekarang dg P. Riyadi. 4. Hesti Widyastuti 1853 Makasih, saya baru sampai kampus bar layat. 5. Dyah Rustanti 1857 Innalillahi wainna ilaihi raji’un. 6. Sisyono Eko Widodo 1902 Nggih Pak, matur nuwun. 7. Sundari 1904 Terimakasih pak selamat malam. 8. Supardjo 1906 Innalillahi wa ina ilaihi rojiun. Maturnuwun paringipun kabar. 9. Y. Suwanto 1924 Matur nuwun pak. 10. Warto 1946 Ya Pak, Terima kasih, Siang tadi kami sdh ngumpul di kampus. 11. A. Indratmo 1957 Inggih, matur nuwun sampun dipunkabari. 12. Paina Partana 2008 Matur nuwun Mas, trs layate piye penake? pp 13. Sri Sayekti 2050 Innalillahi wa ina illaihi Rojiun. Makasih informasinya. 14. Maryono Dwiraharjo 2158 Matur nuwun Pak, in lil r mg2 kusn khotm AMN. 15. M. Sri Samiati T. 0607 matur nuwun beritanya. Catatan 1. Cetak miring tebal Bahasa Indonesia Cetak miring tidak tebal Bahasa Jawa Cetak miring bergaris bawah Bahasa Arab 2 Responden a. No. 1, 2, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14 Berjenis kelamin laki-laki No. 4, 5, 7, 13, 15 Berjenis kelamin perempuan 14 Linguistik Indonesia, Tahun ke 24, No. 2, Agustus 2006 b. Usia rata-rata 46 tahun c. No. 1, 2, 6, 7, 9, 11, 15 Beragama Kristen/Katolik No. 3, 4, 5, 8, 10, 12, 13, 14 Beragama Islam 15 30 oleh pendengarnya. Oleh karena itu, naskah siaran harus berupa bahasa tutur atau bahasa pergaulan bukan bahasa cetak. Hal ini penting untuk lebih menambah kelancaran komunikasi antara media dan pemirsanya. Sejalan dengan pendapat-pendapat di atas, Didit 2008 memberikan penjelasan lebih lanjut tentang naskah siaran. Didit menjelaskan agar dapat dimengerti semaksimal mungkin maka naskah yang akan dibaca sebagai narasi harus dibuat sesederhana mungkin. Semakin mudah dimengerti berarti naskah semakin baik. Sebisa mungkin naskah ditulis dengan kalimat yang sederhana; tidak menggunakan istilah teknis yang rumit, atau terlalu spesifik; tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau kata-kata yang kurang dikenal penonton; kalimat yang digunakan pendek, langsung kepada sasaran, tidak berbelit-belit; dan tidak menggunakan kalimat terbalik. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa teks berita atau naskah berita adalah susunan wacana tertulis yang memuat informasi yang faktual dan menarik perhatian banyak orang. Teks berita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teks berita atau naskah berita yang disiarkan oleh media broadcast yaitu siaran radio atau siaran televisi bukan teks berita cetak yang dimuat oleh surat kabar. Perbedaan naskah berita siaran radio maupun televisi dengan naskah berita cetak terletak pada gaya bahasanya. Bahasa siaran berupa bahasa tutur bahasa lisan atau bahasa pergaulan, sedangkan bahasa media cetak berupa bahasa cetak bahasa tulis. Aspek-aspek dalam Membacakan Teks Berita 31 Membaca nyaring teks berita tidak lepas dari aspek-aspek yang mendukung dan beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat membacakan teks berita dengan baik. Berdasarkan berbagai sumber yang berhasil dikumpulkan peneliti yaitu buku, media net, dan wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra SMP Negeri 1 Lasem, ada aspek-aspek yang perlu diperhatikan saat membacakan teks berita. Aspek-aspek tersebut meliputi intonasi, pelafalan, volume suara, penjedaan, ekspresi wajah, kelancaran, penampilan, dan pandangan mata. Aspek- aspek tersebut sangatlah penting dalam berbahasa lisan agar suasana lebih hidup dan komunikatif. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai aspek-aspek tersebut 1 Intonasi Intonasi adalah lagu kalimat atau ucapan yang ditekankan pada suku kata atau kata sehingga bagian itu lebih keras tinggi ucapannya dari bagian yang lain. Intonasi dapat ditandai oleh naik-turunnya nada pada kata atau kalimat. Penandaannya dalam teks dapat menggunakan garis naik untuk nada tinggi, garis turun v untuk nada rendah, dan garis horizontal – untuk nada datar Somad, dkk 200710. 2 Pelafalan Pelafalan adalah ucapan bunyi-bunyi bahasa. Ketika membacakan teks berita, artikulasi atau pelafalan harus tepat dan jelas. Fonem-fonem yang dilafalkan harus tepat agar tidak menimbulkan salah tafsir. Fonem-fonem konsonan dan fonem-fonem vokal harus diperhatikan Somad, dkk 200710. 3 Volume suara 32 Volume suara berkaitan dengan keras dan pelannya pembacaan teks berita. Pembacaan teks berita dengan menggunakan volume suara yang jelas akan membantu pendengar untuk menangkap informasi yang disampaikan oleh pembaca atau penyiar berita. 4 Penjedaan Jeda adalah penghentian sementara dalam kalimat untuk memperjelas arti. Pemberian jeda pada teks berita dilakukan oleh pembaca berita untuk mempermudah ketika membacakan teks berita. Penandanya dapat menggunakan tanda { ; , } berhenti sebentar jeda pendek, sedangkan tanda { = . } berhenti agak lama jeda panjang Somad, dkk 200710. Perhatikan contoh berikut. 5 Ekspresi wajah Ekspresi atau mimik muka pada saat membaca teks berita dapat berbeda- beda tergantung pada konteks berita yang dibacakan. Ketika membacakan teks berita yang berisi tentang musibah atau bencana, ekspresi wajah harus menampilkan mimik prihatin dan berduka. Begitu pula ketika membacakan teks berita yang berisi kegembiraan, ekspresi wajah harus sesuai. 6 Kelancaran Lita Liviani Pemusik Cilik dengan Potensi Besar Orkes Simfoni Nasional Indonesia OSNI dalam pergelaran kali ini secara khusus menampilkan musikus cilik bernama lengkap Lita Liviani Tandiono dengan empat kemahiran memainkan instrument piano biola cello dan flute 33 Kelancaran membaca berkaitan dengan jelas tidaknya penyampaian informasi. Pembaca berita yang baik sebaiknya membacakan teks berita dengan lancar dan tidak tersendat-sendat agar makna dan isi dari berita yang dibacakan jelas dan tidak ambigu. 7 Penampilan Sikap dan penampilan haruslah dijaga dengan baik. Pada saat membacakan teks berita haruslah bersikap tenang atau tidak grogi, wajar atau tidak berlebihan, dan mantap. Apabila menyampaikan berita dengan posisi duduk hendaknya duduk tegak dengan pandangan lurus ke depan. Jika dengan posisi berdiri hendaknya juga tegak. 8 Pandangan mata Jika pembacaan berita itu dilakukan di hadapan banyak orang, harus memperhatikan tatapan mata. Sebaiknya, tatapan muka ditujukan ke semua arah agar audiens yang mendengarkan merasa diperhatikan. Apabila di depan kamera, tujukan pandangan tepat pada kamera. Pada saat membacakan teks berita usahakan jangan sering menunduk ke bawah, pandangan mata harus fokus ke depan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang membacakan teks berita untuk orang lain harus memperhatikan beberapa hal agar pendengar dapat menerima berita secara jelas dan tertarik terhadap penyampaian atau pembaca berita itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat membacakan teks berita, yaitu 1 seorang pembaca berita harus memahami isi berita secara menyeluruh. Oleh karena itu, sebelum membacakan berita, ia harus 34 membaca berita itu terlebih dulu dengan penuh konsentrasi dan berlatih membacakannya; 2 menggunakan intonasi atau memberi tekanan suara pada kata-kata yang dianggap penting dengan tepat sehingga jelas didengar; 3 melafalkan kata-kata dengan tepat dan jelas menggunakan artikulasi dengan jelas; 4 mengatur volume suara agar jelas terdengar; 5 memberikan jeda agar tidak terlalu cepat atau terlalu lambat; 6 mengatur napas dengan seimbang; 7 mengekspresikan setiap ucapan dengan tepat, seperti mimik wajah, sikapposisi badan, dan gerak agar tidak terkesan monoton dan menimbulkan makna ganda bagi penyimak; 8 membaca dengan kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh sebab pembaca harus memperhatikan teks sekaligus sesekali melihat kepada pendengar. Teknik Simulasi

aspek aspek tanggapan terhadap berita